Perbedaan Asam Lambung dan Maag, Jangan Keliru Lagi!

Meski sudah sering dibahas, topik mengenai perbedaan maag dan asam lambung ini sangat penting untuk dipahami karena banyak orang yang kerap keliru dan berujung melakukan kesalahan penanganan.

Perbedaan Asam Lambung dan Maag, Jangan Keliru Lagi!
Image Source: Freepik

Siapa yang pernah merasa perutnya mules atau kembung setelah makan? Nah, bisa jadi itu karena asam lambung yang naik, atau malah maag? Jangan sampai keliru ya. Asam lambung dan maag memang seringkali disalahartikan, padahal keduanya berbeda lho.

Perbedaan antara asam lambung dan maag memang suatu pembahasan yang terdengar agak membosankan. Namun, topik ini sangat penting untuk dipahami karena banyak orang yang kerap keliru dan berujung melakukan penanganan yang kurang tepat. Agar makin paham, yuk kita bahas perbedaan, penyebab, dan cara mengatasi kedua penyakit pencernaan ini.

Apa Perbedaannya?

Pernah mendengar istilah GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease? Istilah inilah yang biasa kita sebut sebagai penyakit asam lambung. Dalam kondisi GERD, asam lambung naik sampai ke kerongkongan.

GERD terjadi karena katup lambung yang seharusnya tertutup kencang setelah makanan atau minuman masuk, malah melemah. Kalau asam lambung terus-terusan naik, lapisan kerongkongan bisa menjadi iritasi.

Berbeda dengan maag, maag adalah bahasa Belanda untuk organ lambung yang disebut Maagorganen. Kini maag identik dengan penyakit lambung yang ditandai rasa perih, kembung, begah, dan panas dari dalam perut. Dalam dunia medis, segala ketidaknyamanan itu disebut Dispepsia.

Maag umumnya tidak memerlukan penanganan khusus. Namun, kondisi maag bisa menjadi gejala dari penyakit pencernaan yang lebih serius, seperti GERD, gastritis, hingga tukak lambung.

Apa Penyebabnya?

Penyebab spesifik dari keduanya hanya bisa diketahui dengan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Namun, ada beberapa hal umum yang dapat dikatakan sebagai penyebab GERD dan Maag.

  • Makanan dan Minuman: Sering mengkonsumsi makanan manis, pedas, berlemak, berminyak, hingga makanan siap saji. Tak ketinggalan konsumsi minuman bersoda, beralkohol, hingga berkafein.
  • Pola Konsumsi: Pola makan yang berantakan seperti makan terlalu cepat, terlalu banyak, dan tidak tepat waktu juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan reaksi radang.
  • Obat-obatan: Penggunaan obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti aspirin, ibuprofen, antibiotik, serta obat kortikosteroid juga dapat menyebabkan sakit maag.
  • Kondisi Mental: Tidak hanya fisik, kemampuan management mental yang kurang baik hingga berujung stress juga mempengaruhi kondisi pencernaan.

Bagaimana Mengatasinya?

Seringkali, gejala maag dan GERD bisa hilang dengan sendirinya setelah beberapa menit atau beberapa jam. Jika gejalanya sering muncul atau berlangsung lama, mungkin disebabkan oleh penyakit lain. Kalau begitu, kamu perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui penyebabnya agar mendapatkan saran pengobatan yang tepat.

Cara penanganan gejala ini dapat berubah sesuai dengan hasil tes kesehatan yang dilakukan. Dokter biasanya meresepkan obat yang digunakan untuk mengatasi maag atau GERD. Selain itu, dokter biasanya meminta pasien untuk mengubah kebiasaan dan gaya hidup yang dapat memicu gejala sakit maag.

Perubahan gaya hidup dapat merujuk pada penyebab umum gejala maag dan GERD pada penjelasan sebelumnya. Kamu bisa mengatur pola makan, memilih makanan yang sehat, dan mengelola stres dengan lebih baik.

***
Dengan adanya pembahasan dasar ini, setidaknya kamu bisa lebih waspada terhadap penyakit maag dan GERD. Setelah mengetahui penyebab umumnya, pastikan kamu menjalani pola hidup yang sehat. Selain makanan, kamu juga bisa melakukan olahraga di rumah agar tubuh tetap bugar. Pola hidup sehat ini tidak hanya menjauhkanmu dari penyakit pencernaan, tetapi penyakit fisik dan mental lainnya.


Source: Alodokter, Nutriflakes.id, Alodokter, Nakedpress.co, Mitrakeluarga.com, Primayahospital.com.